.:Maaf Iklan Dulu Sebentar "Kalau Menguntungkan, Kenapa Tidak?" [Close][Klik 2x]:.

Tentang Rai Utama | Free Ebooks | Free Ebooks | Bahan Kuliah Lengkap | Bahan Kuliah Manajemen | Jurnal dan Buku Tourism English Version



Bahan Gratis Kuliah: Budaya software of the mind: More Equal Than Others: Small vs. large power distance

Bahan Gratis Kuliah

Ilmu Kepariwisataan,Bahan Kuliah, Ekonomi Pariwisata, Sistem Informasi Manajemen, Manajemen Strategik, Pengantar Bisnis




HOME | Skripsi Tesis | PULSA GRATISS | Bahan Kuliah Lengkap | Bahan Kuliah Manajemen | Jurnal dan Buku Tourism English Version



Budaya software of the mind: More Equal Than Others: Small vs. large power distance

More Equal Than Others: Small vs. large power distance

 

Oleh: I Gusti Bagus Rai Utama, MA

Mahasiswa Program Doktor Pariwisata, Universitas Udayana Bali

Inequality in Society

Hofsede[1] (bapak dan anak) adalah seorang sosiolog yang sangat berpengaruh dan popular di kalangan sosiologi organisasi di Belanda, pokok studinya adalah tentang budaya dan organisasi, konsekuensi budaya terhadap organisasi, dimana mereka menggambarkan bahwa terdapat bangsa dan budaya pada sebuah kawasan akan mempengaruhi perilaku masyarakat dan organisasi, dan cenderung bersifat permanen dalam waktu yang cukup panjang. Pusat perhatiannya, adalah mengukur inequality yang selanjutnya disebut power distance index yang dapat dipakai sebagai ukuran inequality dalam sebuah masyarakat.

Melihat kenyataan sehari-hari, pada suatu Negara, kelompok, maupun  kelas masyarakat tertentu, akan sangat mudah ditemukan adanya ketidaksamaan dalam beberapa hal yang cukup memberikan warna dalam keberlanjutan hidupnya. Ada kelompok masyarakat yang minoritas berhadapan dengan kelompok mayoritas, ada kelompok masyarakat yang memiliki pengaruh yang kuat dihadapkan pada masyarakat yang lemah, ada kelompok masyarakat yang miskin dihadapkan pada kelompok masyarakat yang kaya, dan banyak lagi contoh inequality  pada masyarakat.  Small vs. large power distance akan menjadi perdebatan khusus pada bagian sub-bab more equal than others. Karakter budaya sebuah masyarakat akan dapat diukur berdasarkan kecil-besarnya power distance yang dimiliki oleh kelompok-kelompok dalam masyarakat.

 

Measuring The Degree of Inequality in Society: The Power Distance Index (PDI)

Jika inequality dimaknai sebagai sebuah ketidakadilan, dalam konteks pengukuran PDI, ketidakadilan tersebut akan terukur dalam sebuah index, dan semakin kecil PDI berarti ketidakadilan semakin sedikit, dan semakin besar PDI[2] maka ketidakadilan akan semakin banyak terjadi.

Pada sebuah Budaya yang memiliki PDI yang kecil seperti Australia, Costarika, Germany, Norwegia, Finlandia, Swedia;  kehidupan masyarakat akan cenderung menerima hubungan dengan orang lain dengan cara lebih konsultatif atau demokratis dan cara pandang mereka terhadap anggota masyarakat lainnya cenderung sama pada posisi formal misalnya. Akan berbeda dengan kondisi pada masyarakat dengan PDI yang besar misalnya Malaysia dan Slovakia akan memandang hubungan dengan anggota masyarakat lainnya secara hirarki, misalnya ada Bos dan anak buahnya, ada tuan dan pembantunya, ada guru dan muridnya semua dipandang sebagai sebuah hirarki yang tidak dianggap sama.

 

Power Distance Defined

 

            Jika  PDI dilihat berdasarkan 3 pertanyaan mendasar yang sering terjadi di sebuah masyarakat, yakni: Adakah ketakutan karyawan kepada atasannya?, Bos yang yang autokratik atau paternalistic?, bagaimana seseorang memandang lingkungan pekerjaan sehari-harinya? Ketiganya akan menunjukkan lingkungan kerja seperti apakah yang mereka inginkan?

            Dalam beberapa kasus pada tingkat lintas Negara, ketiga hal tersebut di atas menunjukkan adanya hubungan yang nyata dan cenderung membentuk anggapan dan kenyataan yang mirip. Artinya jika karyawan memandang atasannya tidak dengan rasa takut maka dapat diartikan bahwa atasannya bersifat autokratik,  begitu juga sebaliknya. Lebih lanjut, dapat ditentukan berdasarkan pengukuran PDI, bahwa PDI dapat memberikan informasi tentang Negara mana sajakah yang memiliki PDI yang kecil dan Negara yang mana memiliki PDI yang besar. Sehingga Power distance dapat dimaknai sebagai jarak kekuasaan dalam sebuah masyarakat yang nampak pada perilaku kelompok yang berkuasa dalam mendistribusikan kekuasaannya pada sebuah masyarakat. PDI dapat dilihat pada skala yang lebih kecil dalam masyarakat seperti keluarga, sekolah, komunitas, organisasi, yang merupakan tempat dimana mereka/manusia menghabiskan waktunya setiap harinya.

           

Power Distance in Replication Studies

            Enam penelitian yang telah dipublikasikan pada tahun 1990 sampai 2002, yang merupakan hasil penelitian pada 28 negara. Dengan menggunakan dua sampel data yaitu kelompok masyarakat yang berhubungan langsung dengan kekuasaan dan kelompok masyarakat yang tidak berhubungan secara langsung dengan kekuasaan seperti murid sekolah dan  ibu rumah tangga, walaupun mereka bekerja tetapi tidak mendapat bayaran seperti pekerja lainnya.

            Hasil penelitian terhadap kelompok masyarakat yang berhubungan langsung dengan kekuasaan menunjukkan hasil bahwa IBM set menghasilkan korelasi yang signifikan antara PDI dan IBM score.

            Sementara survey Bond's Chinese pada 23 negara menunjukkan bahwa dimensi moral berkorelasi significan terhadap PDI. Murid-murid pada Negara-nagara yang memiliki PDI yang besar dalam praktek keseharian menunjukan bahwa mereka cenderung menikmati beberapa keinginan, cenderung memilih jalan tengah, lebih suka menyimpan keinginan dalam dirinya sendiri. Di lain pihak, dalam kondisi dimana terdapat ketidakadilan masyarakat kedua seperti mahasiswa cenderung tidak memiliki aspirasi, namun pada Negara-nagara dengan PDI yang kecil akan cenderung memilih perilaku adaptasi, berhati-hati dalam bertindak.

Pada masyarakat yang egaliter, jika terjadi permasalahan yang tidak dapat dipecahkan oleh seseorang yang memiliki kekuasaan, mahasiswa atau kelompok pelajar akan memegang peran penting.

Power Distance Differences Within Countries: Social Class, Educational Level, And Occupation

            Untuk mengukur perbedaan power distance pada setiap Negara, digunakan tiga kelompok sumberdata yakni kelompok kelas social, kelompok strata pendidikan, dan kelompok pekerjaan.  Ketidakadilan diantara masyarakat masih tetap ada pada kelompok kelas social, ada kelas atas, kelas menengah, dan kelas bawah, dan ketiga kelas social tersebut cukup bervariasi pada setiap Negara.

Masing-masing kelas dibedakan berdasarkan peluang untuk mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi, faktanya kelompok yang berasal minimal dari kelas menengah akan mendapatkan akses lebih untuk mendapatkan pendidikan dibandingkan kelompok kelas bawah. Karena pendidikan juga berhubungan dengan peluang mendapatkan pekerjaan yang lebih baik, maka pekerjaan yang lebih baik juga ditempati oleh kedua kelompok tersebut yang lebih mudah mendapatkan akses pendidikan. Pada hasil pengukuran PDI pada beberapa Negara, kelompok yang berada pada status terbawah dengan pendidikan terbawah cenderung memiliki PDI yang besar.

Measures Associated With Power Distance: The Structure in This And Following Chapter

            Perbedaan power distance pada banyak Negara akan berhubungan dengan perbedaan pada sebuah keluarga, sekolah, dunia kerja atau perusahaan, Negara bagian atau provinsi, yang membentuk power distance pada sebuah Negara. Analisis kuantitatif akan mengacu pada hasil PDI, sedangkan masih banyak hal yang tidak dapat dijelaskan oleh PDI akan digunakan analisis kualitatif khususnya yang berhubungan dengan keluarga, sekolah, tempat bekerja dan sebagainya yang selanjutnya akan menjawab culture's consequences atau konsekuensi dari sebuah budaya.

Power Distance Difference between Countries: Roots in the Family

 Menurut Hofsede, hampir semua manusia dilahirkan pada sebuah keluarga, semua manusia memulai mental software-nya setelah dia lahir, kemudian dipengaruhi oleh orangtua mereka, melalui contoh dan keteladanan yang akhirnya membentuk karakter seseorang.

            Dalam kasus dengan PDI yang besar, anak-anak diharapkan menjadi anak-anak yang patuh pada orangtua mereka, anak-anak yang lebih mudah diharapkan patuh dan menurut pada kakak-kakak mereka, kebebasan seorang anak dibatasi oleh aturan-aturan yang tidak tertulis tersebut.

            Namun pada kasus dengan PDI yang kecil, semua anak-anak memiliki persamaan yang cukup merata dalam bertindak, pendidikan terhadap anak-anak diarahkan untuk menjadikan anak-anak menjadi mandiri dan dapat menjaga diri mereka sesegera mungkin. Anak-anak dan orang tua berbeda pendapatnya tidak akan dipermasalahkan, ketika anak-anak bertumbuh menjadi dewasa, hubungan anak-anak dan orang tua bagaikan hubungan antara sesama teman.

Power Distance At School

Text Box: PDI besar, guru centered >< PDI Kecil, student centered              Hampir disemua masyarakat saat ini, anak-anak bersekolah dan mereka akan menghabiskan beberapa tahun untuk menyelesaikan sekolah sebelum mereka benar-benar bekerja mandiri, tentu saja pembentukan karakter seseorang juga akan dipengaruhi oleh lingkungan sekolah yang didalamnya terdapat guru-guru mereka, teman-teman mereka, dan juga lingkungan atau atmosphere sekolahnya.

            Pada kasus dengan PDI besar, hubungan antara anak dan orangtua dibatasi oleh  skat power distance, hubungan murid dan guru memiliki jarak yang kental, dimana guru menjadi pusat perhatian dan guru harus diikuti, celah untuk mendebat dan berdebat dengan guru masih belum biasa dilakukan.

            Namun pada kasus dengan PDI kecil, proses belajar dilakukan secara student centered, inisiatif lebih banyak dilakukan oleh para siswa atau problem base learning, guru hanya berfungsi sebagai expert, berdebatan dalam kelas sudah biasa terjadi, pola pengembangan pendidikan lebih menekankan pada sekolah lanjutan bukan Universitas seperti yang terjadi pada PDI besar.

Power Distance in the Workplace

            Pembentukan budaya kerja dimulai setelah seseorang mendapatkan pengalaman yang mungkin berasal dari keluarga atau lingkungan saat mereka bersekolah. Sangat dimungkinkan jika seseorang meniru perilaku ayah mereka atau guru mereka yang pada akhirnya akan diproses dalam mental programming dalam dunia kerja, dan akhirnya juga tidak heran jika seseorang pegawai akan meniru perilaku bos mereka.

            Pada kasus PDI yang besar, superioritas atasan terhadap bawahan akan sangat kentara, pemusatan kekuasaan sedapat mungkin hanya pada beberapa orang saja, gap upah atau gaji antara tingkat yang lebih tinggi dan pegawai biasa sangat besar. Banyak pekerja pada level bawah yang kurang terdidik.

            Namun pada kasus PDI yang kecil, hubungan antara atasan dan bawahan relative merata, gap upah antara atasan dan bawahan relative kecil, pegawai pada semua lini relative tenaga terdidik, kekuasaan relative desentralistik dan cenderung menyebar pada beberapa lini, memungkinkan adanya budaya; saat ini jadi karyawan biasa dan besok mungkin menjadi bos atau saat ini menjadi bos, besok mungkin akan menjadi karyawan biasa.

 

Power Distance and the State

           Power Distance pada Negara dengan PDI besar, akan terlihat pada cara mereka memilih pemimpin pemerintahan atau Negara, biasanya mereka lebih tradisional dan biasanya seputar pemimpin agama mereka, legitimasi seorang pemimpin cenderung mengacu pada hal-hal yang kurang rasional. Pemusatan kekuasaan terjadi disekitar keluarga dan sahabatnya, karisma, dan kelompok yang memiliki kekuasaan seperti militer.

            Sedangkan pada Negara-negara dengan PDI kecil, pemerintahan dan agama dipisahkan oleh sekularisme yang cukup berarti, urusan agama adalah urusan individu dengan tuhannya sedangkan urusan Negara "politik" adalah urusan warganya terhadap pemerintah, dan pemerintah terhadap para warganya.

 

Power Distance And Corruption

            Di beberapa Negara atau di beberapa organisasi, ada saja orang-orang yang berkuasa terjebak dalam penyalahgunaan kekuasaan untuk memperkaya diri sendiri secara sembunyi-sembunyi. Dimulai dari kebiasaan saling member hadiah yang semula dianggap legal atau layak dilakukan akhirnya berkembang menjadi kebiasaan memberi hadiah dengan tidak legal yang saat ini dikenal dengan korupsi. Sejak tahun 1995 telah dirumuskan sebuah alat analisis untuk mengukur indeks korupsi yang saat ini dikenal dengan CPI Corruption Perception Index. Dalam mengukuran CPI saat ini telah berkembang lebih dari 12 jenis disesuaikan dengan dimana CPI itu diterapkan, mulai dari perusahaan core business, sampai dengan jasa luar negeri. Skala pengukuran CPI dinyatakan dalam angka 10 s.d. 1, dimana 10 dipersepsikan tingkat terjadinya praktek korupsi relative rendah, sedangkan angka 1 menunjukkan tingkat terjadinya praktek korupsi sangat tinggi. Namun besarnya tingkat korupsi atau CPI tidak dapat diprediksi secara tepat dengan menggunakan PDI.

           

Power Distance and Ideas

          Perilaku Para orangtua, guru, menejer, dan penerapan hukum melekat pada sebuah budaya dalam masyarakat itu sendiri. Jalan hidup seorang pengikut adalah menjadi pengikut, dan perilaku mereka sebagai pengikut hanya dapat dihargai jika ada yang mengerti tentang mental software. Mental software terbentuk sejak masa kanak-kanak dari apa yang pernah dipelajari ketika bertumbuh menjadi dewasa.

            Dimulai sejak jaman kejayaan Kong Fu ze, yang menganggap bahwa stabilitas dalam masyarakat akan terjadi jika terdapat sedikitnya ketidakadilan, artinya semakin besar ketidakadilan maka semakin besar pula kemungkinan stabiltas akan terganggu. Selanjutnya, Plato berpendapat bahwa untuk mewujudkan stabilitas harus dimulai terpenuhinya kebutuhan pokok masyarakat bawah, dan juga tergantung pada cara kelompok elit memimpin.

            Pada jaman perjanjian baru, pada abad permulaan, para pendeta hidup dalam kemiskinan, namun kondisi seperti tidak lama bertahan karena saat ini para pendetapun dimungkin untuk tidak miskin lagi.  Pada kelompok denominasi non hirarki seperti protestan cenderung memiliki PDI yang kecil jika dibandingkan dengan kelompok Katolik terlihat cenderung memiliki PDI yang lebih besar.

            Lebih lanjur Karl Marx juga berpendapat bahwa, untuk memperkecil ketidakadilan harus diciptakan kelompok-kelompok dengan kekuasaan yang terbatas, namun sangat disayangkan prinsif yang diajarkan olehnya justru berada pada Negara-negara "dictator" yang memiliki PDI yang besar, artinya saat PDI besar disanalah angka ketidakadilan itu juga besar.

            Perbaikan Power Distance adalah sebuah cita-cita dari kebanyakan masyarakat dunia, dimana pada saat kesenjangan kekuasaan terjadi sangat besar maka PDI juga besar, begitu juga sebaiknya, dan selalu akan terjadi tarik-menarik pada kedua kutub extreme antara PDI besar dan PDI kecil.

           

Origin of Power Distance Differences

            Perbedaan power distance pada mulanya terlihat pada Negara-nagara yang memiliki sejarah bahasa yang berbeda; Negara-negara yang memiliki sejarah persamaan bahasa yakni Romance seperti Perancis, Italia, Potugis, Rumania, dan Spanyol, mereka memiliki PDI yang relative tinggi. Sementara Negara-negara yang memiliki sejarah bahasanya Jerman; sperti Danish, Belanda, Inggris, Jerman, Norwegia, dan Swedia cenderung memiliki PDI yang relative rendah. Sejarah dan bahasa adalah bagian dari unsure budaya yang merupakan unsure kuatn pembentu software of mind. Selain factor budaya, factor letak dan geografi, besaran jumlah penduduk, dan tingkat kemakmuran sebuah Negara juga berhubungan erat dengan besaran PDI. Negara-negara yang terletak pada higher latitudes cenderung memiliki PDI yang rendah, sementara Negara-negara dengan jumlah penduduk yang besar cenderung memiliki PDI yang besar pulan, dan semakin kaya sebuah Negara maka semakin kecil PDI pada Negara tersebut.

 

The Future of Power Distance Differences

            Menurut Hofsede, gambaran tentang perbedaan PDI pada Negara-negara saat ini cenderung statis, jika terjadi perubahan akan diperlukan waktu yang cukup lama bahkan lebih dari 40 tahun. Pada kondisi ini, gambaran PDI juga akan menjadi sangat penting dalam hubungannya dengan komunikasi antar Negara sebagai gambaran awal atau persepsi awal tentang sebuah masyarakat pada sebuah Negara, beserta kecenderungan perilaku masyarakatnya.

            Pada konteks Pariwisata Global, konsep Hofsede menjadi sangat penting, karena pada pariwisata global pasti terjadi interaksi masyarakat dunia yang kemungkinan berasal dari Negara-negara PDI yang berbeda pula, budaya, dan perilaku serta cara pengambilan keputusannya juga akan berbeda pula.

           

            Sekarang yang menjadi pertanyaannya adalah, apakah globalisasi tidak berdampak pada percepatan perubahan budaya pada sebuah masyarakat? Apakah PDI masih relevan untuk mengukur power distance masyarakat dunia? Apakah pesatnya perkembangan teknologi dan komunikasi tidak berpengaruh pada perubahan budaya pada masyarakat dunia?

           

Daftar Pustaka

 

Hofsede, Geert and Jan. 2005. Cultures and Organizations Software of the Min: Intercultural Cooperation and Its Importance for Survival. New York: McGraw-Hill



[1] seorang sosiolog yang sangat berpengaruh dan popular di kalangan sosiologi organisasi di Belanda

[2] PDI: Power Distance Index

0 Responses to “Budaya software of the mind: More Equal Than Others: Small vs. large power distance”

Posting Komentar



Dapatkan Bonus Langsung Download 72 ebooks tourism free

Dapatkan Bonus Langsung Download 72 ebooks tourism free

Dapatkan Bonus Langsung Download 72 ebooks tourism free

Dapatkan Bonus Langsung Download 72 ebooks tourism free




Banner 125x125 - 1

Links



XML

Powered by Blogger

make money online blogger templates



© 2013



Bahan Gratis Kuliah | Blogger Templates by GeckoandFly.
No part of the content or the blog may be reproduced without prior written permission.
Learn how to make money online | First Aid and Health Information at Medical Health

Free Ebooks | Free Ebooks | Free Ebooks | Bahan Kuliah Lengkap | Bahan Kuliah Manajemen | Jurnal dan Buku Tourism English Version